Jakarta - Kondisi perekonomian Tanah Air yang menunjukkan perbaikan belum membuat Indonesia naik kelas. Berbagai kalangan masih memandang sebelah mata perkembangan perekonomian bangsa ini. Di antaranya terkait ketergantungan pada lembaga keuangan internasional (IMF).
Padahal, pemerintah dan bank sentral telah memilih untuk melunasi utang yang dimilikinya pada lembaga yang dinilai turut berperan menciptakan ketergantungan negara-negara berkembang pada negara-negara maju.
Ini terungkap dalam analisis yang dilakukan oleh ekonom-ekonom Citibank yang mengkaji mengenai fasilitas FCL (Flexible Credit Line) yang dimiliki IMF. Fasilitas pembiayaan untuk negara berkembang ini dinilai sebagai salah satu terobosan penting yang dilakukan oleh lembaga keuangan internasional tersebut untuk menyikapi perkembangan perekonomian kontemporer.
Tiga analis Citibank N.A., yakni David Lubin, Alberto Ades, Johanna Chua memaparkan bahwa fasilitas IMF tersebut dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penting, apa yang bisa dilakukan oleh lembaga monter untuk membantu negara yang membutuhkan yang terkena dampak dari resiko global. Negara-negara yang hingga kini sudah masuk dalam daftar FCL antara lain, Meksiko, Polandia dan Kolumbia.
“Mereka memiliki keinginan yang sama untuk mengurangi risiko terkait dengan kebutuhan pembiayaan eksternal mereka, seperti halnya insentif untuk meminimalkan volatilitas nilai tukar mereka,” ujar David Lubin.
Selain itu, Citibank juga membuat daftar negara-negara yang idealnya memperoleh fasilitas FCL. Di Asia , Indonesia dan Korea merupakan negara yang memiliki stigma kuat untuk mengalami ketergantungan pada IMF.
Padahal , Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan tertinggi di Asia Tenggara. Hanya China dan India yang bisa mengungguli pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,5%. “Sementara di Amerika Latin , Chile merupakan salah satu kandidat yang mencuat. Selain itu, Uruguay juga merupakan negara Amerika Latin yang diperkirakan akan mengambil fasilitas tersebut,” sebutnya.
Di luar Amerika Latin, Afrika Selatan dan Republik Ceko merupakan salah satu kandidat yang paling mungkin bagi FCL. Pemerintah Republik Ceko juga menawarkan untuk meminjam US$ 1,3 miliar pada IMF, tapi tidak dalam waktu dekat.
Di lain pihak, ada peningkatan risiko global akan membuat ketertarikan terhadap fasilitas tersebut pada negara-negara yang lain. “Oleh karena itu, kami juga mengkhawatirkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh IMF,” pungkasnya.
Oleh karena itu, idealnya pemerintah tetap mengupayakan dan menjaga stabilitas perekonomian tanah air. Mengubah stigma yang sudah melekat membutuhkan perjuangan panjang dan berliku. Komitmen untuk melepas ketergantungan dari lembaga-lembaga keuangan internasional harus tetap menjadi prioritas pemerintah. Sumber: INILAH.COM